Senin, 31 Maret 2008

Melihat Sejenak Kehidupan Kalifah Yang Lurus

Para pengunjung Madinah seharusnya mengambil beberapa pelajaran dari kehidupan Kalifah yang telah ditunjuki jalan lurus (Kullafa Ur Rasyidin) karena mereka merupakan penunjuk cahaya bagi kita.
ABU BAKAR SIDDIK RA (11 – 13 H)
Allah SWT berfirman di dalam An Nisa 69.
Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Menurut para Ulama ‘siddiq’ adalah orang yang menerima Islam segera tanpa penolakan atau keraguan. Seperti itulah halnya Abu Bakar RA. Itulah mengapa ia disebut siddiq. Tingkatan siddiq bahkan lebih tinggi dibanding orang yang mati syahid sebagaimana disebutkan pada ayat di atas.

Orang-orang kafir menyiksa orang baru masuk Islam (Mualaf) tiap hari. Sebagai contoh, orang-orang kafir biasa memanggang Khabbab RA di atas nyala api dan meletakkan bebatuan di atas nya sedemikian rupa sehingga ia tidak bisa menghindar. Seperti disebutkan oleh Ibnuu Hisham, Abu Bakar RA membeli Bilal RA, Amir bin Fohaira RA dan Khabbab bin Arath RA dan membebaskan dari perbudakan.

Dengan cara yang sama Zinnera RA, Nahdia RA, Ummi Abais RA adalah para budak perempuan yang memeluk Islam. Para penyembah berhala menyiksa mereka dengan berbagai cara. Abu Bakar RA membeli mereka semua dan membebaskan mereka dari perbudakan.

Abu Bakar RA mempunyai pemahaman yang mendalam tentang Al Qur’an. Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, banyak Sahabat termasuk Umar RA kebingungan. Abu Bakar RA membacakan surat Ali Imran 144.
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Ayat ini dapat diterima dengan jelas oleh para sahabat dan menyadarkan mereka dari kebingungan.

Ketika Abu Bakar RA ingin memerangi mereka yang menolak untuk membayar Zakat, banyak Sahabat yang menolak. Mereka berkata, “Apakah kamu ingin membunuh mereka yang shalat, puasa dan melaksanakan Haji?” Abu Bakar RA menjawab,

“Mereka yang berkeberatan untuk membayar Zakat telah keluar dari naungan/lingkungan Islam.” Abu Bakar RA telah menghancurkan kecenderungan yang tidak Islami seperti itu. Ini merupakan suatu peringatan bagi kita yang tidak saksama didalam membayar Zakat baik secara penuh atau secara parsial.
Berikut ini disebutkan oleh Ibnu Aseer bahwa Abu Bakar RA telah berkata, “Barang-barang baru apa saja yang telah aku kumpulkan semenjak aku menjadi Kalifah?” Ia diberitahu tentang tiga barang berikut.
a. Seekor unta yang digunakan untuk mengambil air.
b. Seorang budak untuk mengasuh anak-anak dan juga mengasah pedang-pedang dari Ummat Muslim.
c. Satu potongan kain seharga kurang dari satu Saudi riyal sekarang.

Ia berwasiat untuk menyerah terimakan barang-barang ini kepada Kalifah yang berikutnya setelah kematiannya.

Ketika Umar RA menerima barang-barang ini, ia tidak dapat menahan tangisan dan ia secara terus-menerus berkata, “Wahai Abu Bakar RA, kamu telah membuat tugas penggantimu menjadi sangat sulit dengan tauladan yang luar biasa darimu ini.”

Ini merupakan peringatan bagi mereka yang memegang jabatan publik dan kemudian menghimpun kekayaan secara tidak sah.
Abu Bakar RA telah mengumpulkan Al Qur'an dalam bentuk sebuah buku, karena banyak Haffiz yang meninggal karena membela agama (syahid) dalam berbagai peperangan.

Pintu rumah dari kebanyakan para Sahabat biasanya mengarah ke Masjid Nabawi. Seperti disebutkan di dalam Hadits Bukhari, Nabi SAW telah memerintahkan bahwa semua pintu-pintu ini harus ditutup kecuali pintu rumah Abu Bakar RA. Ini menjadi pertanda bahwa Abu Bakar RA akan menjadi Kalifah pertama. Lokasi sebenarnya dari rumah Abu Bakar RA masih dapat dilihat di dalam Masjid Nabawi. Jika anda berjalan menuju ke arah barat dari Mimbar, rumahnya adalah dekat pilar/tiang yang kelima dari Mimbar, merupakan Bab Siddique sekarang ini.

Ketika Nabi SAW tidak bisa memimpin Shalat karena sedang sakit, beliau menetapkan Abu Bakar RA untuk memimpin Shalat di dalam Masjid Nabawi.

Abu Bakar RA adalah Sahabat yang paling akrab/dekat dengan Nabi Muhammad SAW bahkan sebelum turunnya wahyu pertama/Islam. Seorang manusia yang selalu diingat diantara para Sahabat beliau. Ia merupakan Sahabat yang pertama memeluk Islam. Ia mendapat kehormatan untuk berada bersama Nabi SAW selama hijrah dari Makkah ke Madinah. At Taubah 40.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad SAW) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad SAW) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Abu Bakar RA telah metetapkan suatu dewan penasehat untuk pemilihan Kalifah berikutnya. Ia tidak ingin mengulangi situasi terulang ketika Nabi SAW meninggal.

Suatu dialog menarik terjadi antara dia dan anggota dewan penasehatnya untuk pemilihan penggantinya.

Abu Bakar RA bertanya kepada Abdur Rahman bin Auf RA, “Apa pendapat anda tentang Umar RA sebagai penggantiku ? ”Abdur Rahman bin Auf RA menjawab, “Tidak diragukan ia merupakan orang yang terbaik tetapi ia sangat tegas dan keras.” Abu Bakar RA menyebutkan, “Ia seperti itu karena ia mendapatkan aku sangat lembut. Ketika nanti ia menjadi Kalifah, ia akan secara otomatis menjadi lembut.” Kemudian Abu Bakar RA bertanya kepada Usman RA, “Apa pendapat anda tentang Umar RA sebagai Kalifah berikutnya?" Usman RA menjawab, "Semua yang aku ketahui bahwa hatinya lebih baik dibanding kepribadian luarnya.
Sesungguhnya tidak ada orang diantara kita seperti dia.” Ia juga berkonsultasi kepada beberapa orang Muhajirin dan Ansar lainnya.
Seperti disebutkan oleh Ibnu Aseer, Talha bin Abdullah RA telah mendengar bahwa Umar RA sedang dengan serius dipertimbangkan sebagai Kalifah berikutnya. Ia pergi ke Abu Bakar RA dan bertanya, “Kamu mengetahui bahwa Umar RA adalah orang sangat tegas keras. Walaupun demikian kamu tetap berniat untuk memilih dia sebagai penggantimu. Bagaimana kamu akan menjawab Allah SWT pada Hari Pengadilan nanti sekitar tindakanmu ini?” Abu Bakar RA menjawab, “Aku akan berkata kepada Allah SWT, Ya Allah, aku sudah menetapkan seorang hamba yang paling ta’at kepadaMu sebagai Kalifah untuk orang-orang beriman.”

Pada saat kematian Abu Bakar RA, Ali RA memberikan kata (ceramah) perpisahan didepan makam Abu Bakar RA. Ali telah berkata, “Wahai Abu Bakar, Rahmat Allah dilimpahkan kepadamu, Nabi SAW mencintaimu. Ia mempercayaimu untuk menyimpan rahasianya. Kamu adalah penasehat nya. Kamu menjadi orang yang pertama menerima Islam dan kamu menjadi orang beriman yang paling ikhlas dan sering Tuhan memperingatkan orang ...”

Ketika Ali RA selesai dengan ceramahnya, orang-orang mulai bertangisan dengan sangat sedihnya kehilangan Abu Bakar RA dan berkata, “Wahai menantu Nabi SAW, kamu telah berkata dengan benar.
”UMAR FARUQ RA (13 – 23 H)
Tersebut dalam Ibnu Hisham bahwa seorang pelayan perempuan suku/kabilah Umar, Bani Adi memeluk Islam. Umar RA, sewaktu masih kafir, biasa memukulnya setiap hari sampai Umar RA kelelahan. Umar RA berkata kepada nya, “Aku berhenti memukulmu bukan karena bermurah hati kepadamu. Aku berhenti melakukannya karena aku lelah sekarang ini.” Dia dipukul seperti ini setiap hari sampai Abu Bakar RA membeli dan membebaskannya.

Al Jauzi telah menulis dalam bukunya, Sejarah Umar bin Khatab, bahwa suatu hari Umar RA bersembunyi di belakang tutup Ka’bah. Nabi SAW sedang melakukan shalat di sana dan membaca Surah Al Haqqah. Umar RA terlena dengan keindahan Al Qur’an dan ia berkata kepada dirinya sendiri, “Nabi Muhammad SAW haruslah seorang penyair besar.” Nabi kemudian membaca Al Haqqah 41.
dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

Kemudian Umar RA berkata kepada dirinya sendiri. Itu haruslah perkataan tukang tenung. Nabi SAW membaca Al Haqqah 42 – 52.

Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan (nya). Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang Maha Besar.

Umar RA berkata, “Bacaan Al Qur’an ini mempengaruhi hatiku dan membuat aku percaya bahwa Islam adalah agama yang benar.” Bagaimanapun, ia tidak bisa meinggalkan agama nenek moyangnya dan karenanya melanjutkan menentang Islam dengan kasar. Suatu hari ia keluar dari rumahnya dengan pedang terhunus untuk membunuh Nabi SAW.

Seorang teman berkata kepadanya, “Apakah kamu mengetahui bahwa saudara ipar dan adikmu sudah memeluk Islam?” Ini membuat Umar RA naik darah. Ia mendatangi dengan cepat rumah adiknya. Ia memukul iparnya dan kemudian saudarinya. Wajah adiknya berdarah. Adiknya membaca dengan nyaring, “Aku bersaksi tidak ada tuhan yang patus disembah kecuali Allah SWT dan aku bersaksi Nabi Muhammad SAW itu adalah RasulNya.” Umar RA merasa sedikit kasihan melihat darah yang mengalir pada wajah adiknya. Ia minta supaya adiknya menunjukkan apa yang dia baca. Adiknya minta supaya Umar RA membersihkan dirinya dulu sebelum menyentuh Kitab Suci (Al Qur’an). Umar membaca Ta Ha 1 - 14.

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. Kepunyaan-Nya- lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik). Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu". Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Umar RA berkata, “Ini merupakan kitab yang menggembirakan dan mengagumkan. Tolong, bawa aku ke rumah Nabi Muhammad SAW.” Ia pergi ke sana dan dengan bersemangat memeluk Islam.

Disebutkan di dalam Bukhari dan diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA, bahwa penyembah berhala mengepung rumah Umar RA untuk membunuh dia karena menolak agama nenek moyang mereka. Seorang teman Umar mencegah mereka. Al Jauzi menyebutkan di dalam bukunya, suatu hari Umar RA berkata kepada Nabi SAW, “Bukankan kita dalam Jalan yang benar, sekalipun kita hidup atau mati?” Nabi berkata, “benar sekali”. Umar RA berkata, “Didalam hal ini mengapa kita shalat dan menyebarkan Islam secara diam-diam? Aku bersumpah bahwa Allah SWT telah mengirim kamu sebagai seorang Rasul. Kita harus shalat dan menyebarkan Islam secara terbuka.”

Hamzah RA telah memeluk Islam tiga hari sebelum Umar RA melakukannya. Karena itu kaum Muslim tampil dalam dua baris, yang satu dipimpin oleh Hamzah RA dan yang lainnya oleh Umar RA. Kaum Quraizhah sangat marah melihat Hamzah RA dan Umar RA memimpin kaum Muslim. Kaum Muslim mulai shalat secara terbuka dan juga menyebarkan Islam secara terbuka. Nabi SAW memanggil Umar RA dengan Al Faruq sejak hari itu. Ini disebut di dalam Bukhari dan diriwayatkan oleh Ibnu Masud RA bahwa kaum Muslim menjadi kuat dan disegani setelah Umar RA memeluk Islam.

Umar RA mempunyai visi yang luar biasa dan pandangan yang jauh kedepan. Allah SWT menyukai usulannya dan mewajibkan kepada semua generasi yang akan datang (setelah itu) untuk mengikuti usulan berharganya. Sebagai contoh, seperti disebutkan di dalam Bukhari dan diriwayatkan oleh Anas RA, suatu hari Umar RA berkata kepada Nabi SAW, “Ya Nabi SAW, berbagai macam orang mengunjungi kamu. Beberapa diantaranya ada yang baik dan yang lain tidak. Aku rasa akan sangat pantas jika kamu meminta isteri-istrimu untuk memakai hijab.” Sebagai konsekwensi, Allah SWT mewahyukan Al Ahzab 53.

Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.

Instruksi lain kepada orang-orang (Muslimah) beriman untuk memakai hijab terdapat di dalam Al Ahzab 59.

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ini disebutkan di dalam Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Umar Faruq RA. “Allah SWT setuju denganku dalam tiga hal penting. Pertama, aku mengusulkan kepada Nabi SAW bahwa kita perlu melakukan shalat dekat makam Ibrahim. Allah SWT mewahyukan Al Baqarah 125.
Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.

Yang kedua, sebagaimana disebut di atas mengenai ayat tentang memakai hijab yang telah diwahyukan kepada Nabi SAW.

Yang ke tiga, ketika beberapa istri Nabi SAW menjadi iri dan sedikit cemburu satu sama lainnya, Umar RA tidak bisa menerimanya karena ia sangat mencintai Nabi SAW. Ia memperingatkan mereka termasuk putrinya Hafsah RA untuk memperbaiki kelakuan mereka jika tidak ingin Allah SWT menggantikan mereka dengan yang lebih baik. Akibatnya satu ayat telah diwahyukan kepada Nabi SAW, Al Tahrim 5.

Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang ta`at, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

Pemikiran dan pertimbangan Umar RA adalah logis. Sebagai contoh, diakhir perang Badar tujuh puluh orang pemimpin penyembah berhala dipenjarakan oleh kaum Muslim. Sejauh ini, belum ada instruksi dari Allah SWT tentang tawanan perang dan barang rampasan. Seperti disebutkan didalam Tirmidzi dan diriwayatkan oleh Ali RA, Nabi SAW telah meminta kepada orang-orang yang beriman untuk menentukan pilihan mereka. Pertama, semua tawanan perang harus dipancung untuk mengurangi kekuatan musuh yang tangguh. Atau, tawanan perang boleh dilepaskan jika mereka membayar tebusan.

Nabi SAW meminta para Sahabatnya untuk menyatakan pilihan mereka. Umar RA dan Saad bin Maaz RA ingin memilih pilihan yang pertama sementara yang lain ingin memilih pilihan kedua. Nabi SAW cenderung dengan pilihan kedua karena beliau penuh kasih sayang kepada umat manusia. Karenanya pilihan yang kedua yang diikuti.

Suatu peringatan datang dari Allah SWT kepada para Sahabat yang meminta Nabi SAW untuk mengikuti pilihan yang kedua. Al Anfal 67 - 68.

Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil.

Kedua hal ini, barang rampasan dan tawanan perang dijelaskan lebih lanjut. Sebagai pemberian khusus Allah SWT kepada Ummat Nabi Muhammad SAW, barang rampasan dan tebusan halal (diizinkan) untuk mereka dan untuk menghibur para Sahabat atas kekeliruan mereka sebelumnya. Al Anfal 69.
Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kekalifahan Umar RA merupakan jaman keemasan Islam. Umar RA telah menaklukan kerajaan besar Persia dan Roma. Syria, Palestina, Mesir dan sebagian dari Turki juga ditaklukkan. Umar RA adalah seorang genius. Administrasi, pembangunan dan pelayanannya kepada masyarakat bagus sekali. Ia memperkenalkan Penanggalan Islam.

Kejatuhan Jerusalem merupakan hal yang sangat menarik. Abu Ubaidah RA dan Khalid bin Walid mengepung kota besar Jerusalem. Masyarakat kota besar menyetujui membuat suatu perjanjian damai dengan kaum Muslim dengan ketentuan bahwa Kalifah sendiri yang menanda tangani perjanjian.

Umar RA menetapkan Ali RA sebagai wakilnya di Madinah dan memulai perjalanannya ke Jerusalem dengan unta yang ditemani oleh pelayannya Salim. Tidak ada satuan pengamanan lainnya bersama Kalifah. Umar RA dan Salim bergiliran mengendarai unta sementara salah seorang dari mereka berjalan kaki.

Kebetulan giliran Salim menunggang unta ketika mereka masuk kota besar Jerusalem. Salim menawarkan gilirannya kepada Umar RA tetapi Umar RA berkata, “Cukuplah bagi kita penghargaan Islam kepada kita semua” Karena itu mereka masuk kota besar dengan Kalifah berjalan kaki menuntun unta. Perjanjian damai ditanda tangani oleh Umar RA. Masyarakat diberi perlindungan atas harta dan jiwa mereka. Mereka diijinkan untuk melakukan kepercayaan mereka tanpa ketakutan.

Terakhir tapi tidak kalah pentingnya, Umar RA menikah dengan putri Ali RA, Ummi Kalsum RA, dan dengan cara ini merupakan kebanggaan untuk dapat menjalin pertalian darah dengan Nabi Muhammad SAW.

Umar RA memperluas Masjid Nabawi pada tahun 17 H. Perluasan dilakukan kearah selatan (atau kearah Kiblat) sekitar lima meter. Karenanya ia biasa memimpin shalat ditengah antara Mihrab Nabawi dan Mihrab Usmani.

Tanggal 26 Dzulhijjah 23 H, seorang budak, menyerang Umar RA ketika ia sedang memimpin Shalat Subuh. Budak ini adalah orang kafir (pemuja api). Beberapa hari kemudian Umar RA meninggal dunia dalam keadaan luka-luka.

Umar RA telah menetapkan suatu dewan kepenasehatan yang terdiri dari Usman bin Affan RA, Ali bin Abu Talib RA, Zubair bin Awwam RA, Talha bin Ubaidullah RA, Abdur Rahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqas RA untuk memilih Kalifah berikutnya.
Umar RA telah meminta putranya Abdullah bin Umar RA, untuk mendapatkan ijin dari Aisyah RA untuk menguburkannya dekat Nabi SAW dan Abu Bakar RA. Aisyah memberikan ijinnya.

Ketika Umar RA dikuburkan di sana, sejak itu Aisyah tetap menggunakan kerudung (atau Hijab) di dalam gubuknya sampai sebuah dinding dibangun diantara makam mereka dan gubuk kecilnya yang masih tersisa. Ini dikarenakan Umar RA bukanlah Muhrimnya.
Disini dapat diambil sebuah pelajaran penting untuk kaum Muslim laki-laki dan perempuan yang teledor didalam menerapkan bimbingan mengenai Hijab.

Menjelang Kematian
Hafsah RA, putri Umar RA datang kepada bapaknya yang terluka, menangis dengan sedih dan meratap dengan keras. Umar RA berkata kepada Hafsah RA, “Aku tidak mempunyai kendali atas matamu. Ketahuilah jika kamu meratap dengan keras dekat orang yang sekarat, para malaikat benci mayat-mayat tersebut.”

Dengan cara yang sama ketika Suhaib RA melihat kondisi mengerikan dari luka Umar RA, ia mulai meratap, “Wahai Umar yang kami sayangi, Wahai Umar yang kami sayangi.” Umar RA berkata kepadanya, “Wahai saudara yang aku sayangi bersabarlah. Tidakkah kamu mengetahui bahwa jika kamu meratap dengan keras dekat seorang yang sekarat, suatu hukuman dikenakan pada orang yang sekarat tersebut.”

Abdullah RA sedang mendengarkan keinginkan bapaknya selagi ia sedang memangku kepala Umar RA di pangkuannya. Umar RA berkata, “Turunkan kepalaku ke tanah.” Abdullah RA berkata, “Bapak, apa perbedaan antara pangkuanku dan tanah itu.” Umar RA berkata lagi, “Taruh kepalaku di atas tanah itu. Dengan cara ini Allah SWT mungkin lebih suka kepadaku dan melimpahkan RahmatNya padaku.”

Semoga Allah SWT menjadikan kita rendah hati dan takut kepada Allah SWT seperti Umar
RA.USMAN BIN AFFAN RA ( 24 – 35 H)
Usman RA memeluk Islam pada hari-hari pertama Islam setelah berkonsultasi dengan Abu Bakar RA. Usman RA menikahi Ruqayyah RA, putri dari Nabi SAW. Ketika siksaan kaum kafir Makkah menjadi tak tertahankan, Usman RA dan Ruqayyah RA pindah ke Abyssinia. Ini merupakan keluarga Muslim pertama yang berpindah tempat didalam jalan Allah SWT (Hijrah).

Kemudian mereka kembali ke Makkah karena mendengar situasi di Makkah tidaklah begitu jelek dibandingkan sebelumnya. Orang-orang kafir meningkatkan penyiksaannya. Karena itu keduanya kembali Hijrah ke Madinah. Ruqayyah RA jatuh sakit yang sangat parah dan meninggal ketika Nabi SAW pergi ke perang Badar. Usman RA kemudian menikahi Ummi Kultsum RA, putri kedua Nabi SAW. Dengan demikian Usman RA diberi gelar yang unik yaitu Dhun-Nurain atau laki-laki dengan dua cahaya.

Beberapa kaum Muslim Madinah mengalami kesulitan untuk mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari. Usman RA membeli sebuah sumur, yang disebut Bir Rumah, dari seorang Yahudi untuk dihibahkan kepada kaum Muslim dengan cuma-cuma. Ini merupakan kredit nirlaba yang pertama didalam Islam. Nabi SAW memberi Usman RA kabar gembira dari Surga untuk tindakan mulia ini.

Nabi SAW ingin memperluas Masjid Nabi pada tahun 7 H. Usman RA membeli lahan untuk perluasan ini. Ia juga dengan senang hati memberikan derma atau sedekah pada berbagai ekspedisi. Sebagai contoh, ia memberikan sedekah sembilan ratus ekor unta, seratus ekor kuda dan seribu Dinar untuk perang Tabuk.
Usman RA dipilih sebagai Kalifah dengan suara bulat dari dewan kepenasehatan yang ditugaskan oleh Umar RA.

Usman RA melakukan beberapa penaklukkan dan kedaulatan Islam berkembang dari Afghanistan ke Moroko di Afrika. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan dalam mengendalikan wilayah yang sangat luas itu. Karena sangat luasnya kedaulatan Islam, beberapa kelompok membaca Al Qur'an dengan cara yang berbeda. Ini menimbulkan beberapa permasalahan antara beberapa masyarakat negeri. Usman RA memerintahkan untuk mendistribusikan salinan Al Qur'an yang telah dikumpulkan pada masa kekalifahan Abu Bakar RA dan memusnahkan semua salinan yang lain.

Usman RA telah ditugaskan oleh Nabi SAW untuk menulis dan membuat dokumentasi ayat-ayat Al Qur'an. Ia mengenal Qur'an di luar kepala dan mempunyai pemahaman sempurna tentangnya.
Usman RA lebih lanjut memperluas Masjid Nabi pada tahun 29 H. Masjid selesai dibangun dengan batu yang sangat dekoratif (penuh hiasan) dan Usman RA secara pribadi mengawasi aktivitas konstruksinya. Adalah menarik untuk dicatat bahwa dinding selatan dari Masjid masih di tempat yang sama pada masa Usman RA. Imam mempimpin shalat saat ini dari tempat yang sama ketika Usman RA bertindak sebagai Imam.

Usman RA telah memberikan kontribusi yang sangat menonjol buat Islam dalam berbagai cara.
Sungguh sayang ia menjadi korban kelicikan Ibnu Saba, kelompok Yahudi munafik. Beberapa Muslim yang tidak puas bekerja sama dengan mereka. Mereka membunuh Usman RA ketika ia sedang membaca Al Qur'an di dalam rumahnya. Rumah Usman RA ini berada diluar dekat Bab Baqii. Usman RA berumur 82 tahun ketika kesyahidannya. Ia tidak berusaha melawan karena memperkirakan akan menyebabkan pertumpahan darah diantara kaum Muslim.

Ia lebih memilih mengorbanan hidupnya demi Allah. Kesyahidan Usman RA telah diramalkan oleh Nabi SAW. Pada suatu waktu Nabi SAW pergi ke gunung Uhud dengan para Sahabat; Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA. Gunung tersebut mulai bergoncang. Nabi SAW mengetuk gunung tersebut dengan kaki Beliau dan berkata, “Berhentilah bergoncang, karena disini ada seorang Rasul, seorang siddiq dan dua orang yang mati syahid yang berdiri di atasmu.” Gunung Uhud berhenti bergoncang dengan seketika.

Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari kejahatan orang munafik dan memberi kita kemampuan untuk melihat perbedaan antara yang hak dan yang bathil.

Adalah sangat penting untuk dicatat bahwa Ali RA adalah salah seorang penasehat Usman RA yang terdekat selama krisis ini. Mereka saling mempercayai dan percaya penuh satu sama lainnya. Ali RA memberi usul sangat bernilai kepada Usman RA ketika lawan telah mengepung rumah Usman RA. Ali RA memerintahkan putra-putranya Hassan RA dan Hussain RA bertugas menjaga keamanan di pintu masuk rumah Usman RA. Mereka melakukan tugas ini selama satu bulan.

Si tertuduh, berusaha, melompat dinding belakang rumah untuk melakukan kejahatan yang kejam itu. Tidak bisa dilupakan bahwa dalam pertemuan dewan kepenasehatan yang ditugaskan oleh Umar RA, Usman RA telah mengusulkan bahwa Ali RA haruslah sebagai Kalifah yang berikutnya. Dengan cara yang sama Ali RA mengusulkan bahwa Usman RA haruslah sebagai Kalifah berikutnya. Ini dengan jelas menunjukkan bagaimana saling hormatnya mereka satu sama lainnya.
Terakhir tetapi tidak kalah pentingnya, kita mencatat bahwa Umar RA menikahi Ummi Kultsum, putri Ali RA. Umar RA dengan bangga menyebutkan bahwa dengan cara begitu ia secara langsung menjadi sanak keluarga sedarah dengan Nabi Muhammad SAW.

Fakta ini menunjukkan bahwa tidak pernah ada perbedaan apapun diantara Abu Bakar RA, Umar RA, Usman RA dan Ali RA. Yang sangat disesalkan, sebagian orang sudah membuat dan memperbesar beberapa perkataan dibawah pengaruh orang munafik. Semoga Allah SWT membimbing kita ke jalan yang benar.
ALI RA (35 – 40 H)
Ali RA dididik oleh Nabi Muhammad SAW. Karenanya Ali RA telah mempelajari, menghapal dan mempraktekkan semua kualitas dari karakter Nabi SAW yang luar biasa. Perintah yang pertama kepada Nabi SAW untuk menyebar luaskan Islam adalah Ash Syu’ara 214.
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,

Karenanya Nabi SAW mengundang sanak keluarganya untuk makan malam dan memperkenalkan mereka dengan Islam. Tak seorangpun memperhatikan kepadanya kecuali Ali RA. Ali dengan terus terang mengatakan, “Walaupun mataku sayu, kakiku tipis, serta aku adalah yang termuda dari semua hadirin disini, aku akan berdiri di samping kamu, Ya Rasul Allah.” Para pemimpin Quraizhah tertawa terbahak-bahak atas komentarnya ini.

Karenanya Ali RA menerima Islam ketika ia masih seorang anak. Ia tidak pernah membiarkan dirinya menyembah kepada berhala manapun juga didalam hidupnya. Itulah mengapa kita menyebut namanya dengan tambahan kata Karamallahu wajhah - Allah SWT memuliakan wajahnya.

Ali menikahi Fatima RA, putri yang paling terkasih dari Nabi SAW. Mereka mempunyai tiga orang putra yaitu Hasan, Husain dan Mohsin (yang meninggal pada masa kanak-kanak) . Mereka juga mempunyai dua orang putri yaitu Zainab dan Ummi Kultsum.

Walaupun Quraisy Makkah dikenal kejam pada zaman Nabi SAW tetapi mereka mengetahui bahwa beliau adalah orang yang paling jujur dan terpercaya. Karena itu musuh yang paling jahat sekalipun memintanya untuk menyimpan barang-barang berharga mereka dalam penjagaan Nabi SAW. Ali RA menjadi lebih dewasa dan bijaksana dibanding usianya. Nabi SAW menghargai kualitasnya. Ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah, beliau minta Ali RA untuk berbaring di atas tempat tidurnya dan mengembalikan berbagai barang titipan kepada pemilik masing-masing.

Ali RA ikut ambil bagian disemua peperangan dan menunjukkan keberanian luar biasa. Berikut adalah beberapa contoh dari keberanian Ali RA. Diawal peperangan Badar Walid bin Utba menantang kaum Muslim. Ali RA dapat membunuhnya dengan mudah/cepat sekali sehingga mengangkat semangat/moril kaum Muslim.

Dengan cara yang sama didalam peperangan Ahzab (parit) seorang kafir Abd Al Wudd menyeberangi parit dengan kudanya dan menantang kaum Muslim. Diantara semua kaum Muslim, Ali RA tampil kedepan untuk menghadapi dia. Al Wudd berkata kepada Ali RA, “Aku benci untuk membunuh seorang anak muda seperti kamu. Kirimkanlah seseorang yang paling terkemuka diantara kamu karena Al Wudd adalah seorang Prajurit Arab yang terkenal.”

Ali RA bersikeras untuk menghadapi dia. Dalam hal ini, Ali RA lagi-lagi dapat mengalahkan dan membunuh lawannya. Nabi SAW sangat senang. Dalam kaitan dengan keberaniannya yang luar biasa, Ali RA terkenal dengan panggilan sebagai Asadullah atau Singa Allah SWT.
Kaum Muslim tidak bisa menaklukkan sebuah benteng Yahudi kendati usaha tersebut telah mereka ulangi selama perang Khaiber. Nabi SAW mengatakan kepada para Sahabatnya, “Besok aku akan memberikan bendera Islam kepada orang yang mencintai Allah dan NabiNya SAW, untuknya cinta Allah dan NabiNya SAW.”

Semua orang bersemangat untuk menerima penghormatan ini. Mereka merasa heran, Nabi SAW memilih Ali RA yang kebetulan sedang sakit pada waktu itu dan matanya sudah sangat sayu. Nabi SAW menaruh air liurnya pada tangannya dan menyentuh mata Ali RA dengan tangannya. Ali RA kemudian sembuh total. Ali RA mendapat kehormatan untuk menaklukkan benteng Qumus ini di Khaiber.

Abu Bakar RA menetapkan Pemimpin/Amir rombongan haji pada tahun 9 H. Sebuah wahyu telah turun kepada Nabi SAW setelah Abu Bakar RA meninggalkan Makkah. Nabi SAW mengirim Ali RA untuk mengumumkan perintah baru yang menyinggung kepada hubungan antara orang beriman dengan orang kafir. Ia juga mengumumkan bahwa orang telanjang tidak akan diijinkan untuk melaksanakan Haji pada masa-masa mendatang. Nabi SAW memilih Ali RA untuk pengumuman penting seperti itu.

Ali RA menjadi Kalifah pada tanggal 21 Dzulhijah tahun 35 H. Kebanyakan kaum Mulim dan bahkan kabilah Ibnu Saba memberikan kepercayaan kepadanya. Beberapa tokoh Muslim terkemuka menolak karena dengan pertimbangan politik. Ali RA dikelilingi bermacam masalah dari berbagai arah. Sebagai contoh, ia meminta para pengikut Ibnu Saba untuk meninggalkan Madinah pada hari ketiga ia bertugas sebagai Kalifah. Mereka menolak dan mereka ingin menciptakan kebingungan dan kejahatan selama mereka tinggal di Madinah.

Ia merasakan bahwa perlu untuk memiliki suatu pemerintahan yang stabil dan memperoleh kekuatan untuk memecahkan berbagai masalah tersebut. Para pembangkang percaya bahwa pembunuh Usman RA harus diadili dan dihukum sebelum tindakan lain dari pihak Kalifah. Perbedaan antara dua faham ini semakin meluas dengan berlalunya waktu sementara para pembunuh telah bekerja atau telah dilepaskan.

Pemburuan tergesa-gesa terhadap si tertuduh ini tidaklah gampang. Kelompok berbahaya lainnya tampil ke permukaan. Mereka disebut Khawariji. Mereka mencoba untuk memerangi Ali RA tetapi menderita kekalahan. Mereka bergerilya dibawah tanah dan merencanakan untuk membunuh Ali RA, Muawayah RA, Amr bin As RA ketika mereka keluar untuk Shalat Subuh.
Tiga orang Khawariji menyerang target mereka masing-masing pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Muawayah RA mengalami luka-luka dan ia selamat. Amr bin As RA tidak datang untuk Shalat Subuh. Ali RA dilukai oleh Ibnu Muljam dan luka parah.

Ali RA meninggal dunia pada tanggal 20 Ramadhan tahun 40 H. Pada saat itu, Ali RA berusia enampuluh tiga tahun dan menjabat Kalifah selama empat tahun sembilan bulan.
Ali RA lebih dahulu harus menghadapi keadaan yang tidak diketahui dan beberapa rintangan. Terdapat berbagai kesulitan yang sangat besar dan rumit secara alami. Ali RA menunjukkan karakter dan keberanian yang patut dicontoh dan ia melakukan usaha sekuat tenaganya untuk mempersatukan kaum Muslim.

Perang saudara, pemberontakan Khawariji dan para pengikut Ibnu Saba menghancurkan kesatuan dari kaum Muslim.

Didalam keadaan seperti ini ketulusan, keberanian dan keputusan yang dilakukan Ali RA sangat luar biasa. Kemampuan Ali RA untuk mengatasi keadaan tidak menentu ini tentu saja sangat luar biasa.
Penyair Iqbal berkata:

Isu tanah tumpah darah dan agama saat ini lebih besar daripada peperangan Khaiber. Adakah seseorang yang sangat berani seperti Ali RA sekarang ini?

Tidak ada komentar: